Terjalnya jalan penyandang disabilitas di Indonesia untuk mengenyam bangku kuliah

Luthfi T. Dzulfikar, The Conversation

Hingga saat ini, banyak penyandang disabilitas di Indonesia kesulitan mengenyam bangku pendidikan tinggi.

Pada awal tahun 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa dari sekitar 17,8 juta penyandang disabilitas dengan usia kerja, hanya 2,8% yang telah lulus kuliah.

Mayoritas bahkan mengalami berbagai hambatan sejak sebelum mendaftar kuliah maupun menjalaninya. Di antaranya adalah kualitas kurikulum Sekolah Luar Biasa (SLB) yang lebih buruk dari sekolah umum hingga sulitnya mengakses informasi tentang jurusan dan program studi kuliah.

Pada episode podcast SuarAkademia kali ini, kami berbicara dengan Slamet Thohari, peneliti disabilitas di Universitas Brawijaya, Malang tentang minimnya dukungan dan akses pendidikan tinggi bagi penyandang disabilitas.

Berdasarkan pengamatan Slamet, misalnya, dari total lebih dari 4.500 kampus di Indonesia, hanya sekitar 10 universitas yang memiliki Unit Layanan Disabilitas (ULD).

Slamet juga menceritakan tentang berbagai aturan di banyak kampus yang diskriminatif terhadap mahasiswa difabel, bagaimana kampus bisa memfasilitasi pembelajaran murid dengan beragam disabilitas, hingga pentingnya memperbanyak riset yang melibatkan mahasiswa dan peneliti difabel.

Dengarkan episode lengkapnya di SuarAkademia – ngobrol seru isu terkini, bareng akademisi.The Conversation

Luthfi T. Dzulfikar, Editor Pendidikan + Anak Muda, The Conversation

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.

Eksplorasi konten lain dari AIDRAN

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca